Aktivis dan Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, mengatakan, Indonesia bisa senasib dengan Uganda, gegara tergiur ngutang ke China.
"Ini juga sebenarnya dialami oleh beberapa negara Afrika ya," kata Ubedilah dalam siniar Forum Keadilan Tv dilansir pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Ada sejumlah negara lainnya di Benua Afrika yang mengalami kenyataan pahit karena berutang kepada China, yakni Sri Lanka, Zimbabwe, dan Nigeria.
Ubedilah menyampaikan, itu serupa yang dialami Indonesia. Indonesia terjerat utang akibat proyek Kereta Cepat Whoosh yang mendapat pinjaman dari China.
Ia mengungkapkan, utang proyek ini terus membengkak, sementara Whoosh merugi hingga sekitar Rp4,1 triliun per tahun.
Menurutnya, boro-boro membayar pokok utang, bunganya saja tidak terbayar karena terus merugi.
Sementara itu, kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Skema restrukturisasi juga akan sulit dikabulkan China. Pasalnya, Indonesia belum pernah mengangsur utangnya.
Ia mengungkapkan, jika restrukturisasi ditolak, maka Kereta Cepat Whoosh bisa diambil alih China seperti Uganda kehilangan Bandara Internasional Entebbe, satu-satunya bandara internasionalnya.
"Kalau kemudian restrukturisasi enggak bisa, kalau mentok, mungkin akan di-take over oleh [China]," tandasnya.
Ubedilah menegaskan, Kereta Cepat Whoosh akan menjadi milik China selama-lamanya atau sampai kapanpun.
"Ini kan menjual kedaulatan Republik. Seperti transportasi umum itu, kan jalur penting dalam banyak dinamika dan situasi negara," tandasnya.
Menurutnya, ini menjadi ancaman buat negara kalau transfortasi strategis Jakarta-Bandung sampai dikuasai negara lain.
Ia menyampaikan, ini seperti yang dialami beberapa negara di Afrika. Beberapa bisnisnya dikendalikan pemerintahan China karena negaranya bangkrut.
"Negara itu bangkrut, tidak bisa bayar utang dan lain-lain," tandasnya.
Lebih lanjut Ubedilah menyampaikan, tidak menutup kemungkinan juga Indonesia bukan hanya kehilangan Kereta Cepat Whoosh.
"Ancaman, ini baru kereta cepat, misalnya nanti lama-lama bandara, lama-lama pelabuhan. Kalau semua wilayah strategis diguas oleh negara asing, kita seperti enggak punya kedaulatan!" ujarnya.
Ia kembali menegaskan, ini sangat berbahaya, terutama negara dalam kondisi krisis apalagi perang. "Itu membahayakan negara sebetulnya," kata dia.
Ubedilah mengungkapkan, makanya sejak awal ia masuk dalam kelompok yang kontra atau menolak pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh. Namun Jokowi tetap ngotot melanjutkan.
"Joko Widodo [harus tanggung jawab] karena dia yang membuat kebijakan itu menjadi nyata gitu. Karena mengubah tadinya dengan Jepang daripada dengan Cina, dan saat itu presidennya adalah Joko Widodo," ucapnya.***
Sumber: kontreks
Foto: Joko Widodo dan Kereta Cepat Whoosh/Net
Artikel Terkait
Kader PKB Geruduk Trans7 Jaga Kehormatan Kiai
Satgas BLBI Mau Dibubarkan, Menkeu Purbaya Ngotot Turun Langsung Tagih Utang
Menkeu Purbaya Tolak Bangun Family Office Garapan Luhut Pakai APBN
Di Masa Damai Pascaperang Gaza, Netanyahu Malah Beri Ancaman ke Hamas Lagi