Di sana mereka transit dengan tiket yang baru, kemudian melanjutkan penerbangan ke Afrika Selatan.
“Kami memasuki Afrika Selatan tanpa masalah,” katanya.
Bashir mengatakan kelompoknya menerima detail hotel melalui WhatsApp dan menginap selama sepekan sebelum akhirnya dibantu oleh organisasi amal Gift of the Givers.
“Mereka membantu kami dengan semua yang kami butuhkan,” ujarnya.
Putrinya menyusulnya dengan penerbangan berikutnya dengan biaya 2.000 dolar AS, namun perjalanannya menghadapi situasi yang berbeda.
“Saat pesawat mendarat, polisi Afrika Selatan langsung naik ke pesawat. Mereka menginterogasi putri saya dan semua penumpang lain selama 15 jam dan ingin memulangkan mereka ke Kenya,” tuturnya.
Pihak berwenang Afrika Selatan menduga penerbangan itu merupakan bagian dari skema untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa memerintahkan penyelidikan terhadap pihak yang bertanggung jawab atas penerbangan carteran tersebut.
Namun, Afrika Selatan memberikan pembebasan visa 90 hari kepada 153 warga Palestina yang berada di dalam pesawat tersebut.
Situs web Al Majd Eropa mengklaim bahwa perusahaan tersebut didirikan di Jerman pada tahun 2010 dan berkantor di Yerusalem Timur. Namun, investigasi yang dilakukan oleh harian Israel, Haaretz, menemukan bahwa organisasi tersebut sebenarnya terdaftar di Estonia dan beroperasi melalui perusahaan konsultan palsu.
Situs web tersebut sendiri tidak memiliki alamat atau nomor telepon, hanya menyediakan lokasi yakni di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Organisasi ini dijalankan oleh Tomer Janar Lind, yang memiliki kewarganegaraan ganda Israel-Estonia. Menurut Haaretz, Lind bekerja sama dengan unit militer Israel Cogat yang bertugas memindahkan paksa warga Palestina dari Gaza dan memfasilitasi beberapa penerbangan bagi pengungsi.
Bashir menjelaskan, perjalanan rahasianya dari Gaza ke Afrika Selatan sebagai kebutuhan untuk bertahan hidup, bukan menetap di luar negeri.
"Kami tidak menandatangani surat apa pun, atau surat 'tidak boleh kembali', tidak sama sekali," katanya.
"Jika seseorang menelepon saya dan bertanya, 'Apakah Anda ingin keluar?' Saya akan jawab, iya. Orang-orang di Gaza mengatakan ingin keluar dari penderitaan, genosida, dan neraka," ujarnya, lagi.
Tentara Israel telah mengubah seluruh Jalur Gaza menjadi puing-puing.
"Rafah telah disapu bersih sepenuhnya. Tidak ada satu rumah pun yang tersisa. Semuanya hancur di Khan Younis, Rafah, dan Gaza," kenangnya
Sumber: inews
Artikel Terkait
Viral Gus Elham Yahya Ngaku Punya Istri Usia 13 Tahun, Benarkah Sudah Menikah?
Mahfud: Polri Harus Lucuti Semua Anggotanya dari Jabatan Sipil
Waduh! Usai MK Batalkan HGU 190 Tahun, Investor Ramai-ramai Mundur, IKN Terancam Mangkrak
Viral Habib Bahar bin Smith Sebut Haram Baginya Mencintai Wanita Selain Fadlun Faisal Balghoits!