Bongkar Tata Kelola Keuangan Era Gus Yahya

- Senin, 24 November 2025 | 13:50 WIB
Bongkar Tata Kelola Keuangan Era Gus Yahya

Dua alasan yang paling mengemuka sebagai dasar permintaan pengunduran diri Ketua Tanfidziyah Yahya Cholil Staquf oleh Ketua Rais Aam Miftachul Akhyar itu adalah masalah keuangan dan hubungan dengan jaringan Zionis Internasional di Israel.


Dua masalah itu boleh dibilang, masalah yang datang dari luar, bukan datang dari internal NU itu sendiri. Tapi hubungan Gus Yahya dengan jaringan Zionis Internasional itu sudah diketahui sejak lama, jauh sebelum dirinya menjabat Ketua PBNU.


Artinya, masalah itu sudah menjadi rahasia umum. Kalau itu yang menjadi dasar permintaan mundur, kiranya terlalu naif dan mengada-ada. Ke mana saja selama ini?


Bahkan, foto Gus Yahya bersama dengan Benjamin Netanyahu dan kader muda NU lainnya, masih terpampang di Wikipedianya. Bisa jadi itu justru dianggap prestasi, bukan kesalahan, sehingga enteng saja bagi Gus Yahya mengundang pembicara dari Israel melatih pengurus di PBNU.


Apakah situasi politik dunia sudah berubah dan sikap pemerintah sudah berubah pula, sehingga saat ini dianggap pelanggaran serius? Kiranya tidak juga begitu. Sebab, Israel dari dulu sampai sekarang dan sikap pemerintah Indonesia dari dulu sampai sekarang, sama saja, tak ada yang berubah. Hanya saja keterlibatan Presiden Prabowo memang agak menonjol dibanding yang lainnya dan dipuji dunia Internasional.


Bisa jadi masalah itu berkelindan dengan masalah yang lain. Masalah yang lain itu yang sempat terungkapkan juga adalah masalah tata kelola keuangan. Masalah tata kelola keuangan ini bisa jadi juga balik lagi ke masalah hubungan dengan jaringan Zionis Internasional itu.


Atau, yang terbaru soal konsesi tambang yang diberikan ke PBNU sejak era Presiden Jokowi dulu. Atau juga, masalah kuota Haji yang diusut KPK yang sempat merembet juga ke PBNU. Dan memang mantan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas adalah adik kandung dari Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf.


Artinya, inti masalahnya bukan pada hubungan dengan jaringan Zionis Internasional saja, melainkan berkelindan dengan tata kelola keuangan itu sendiri. Tapi publik agaknya lebih tertarik pada soal hubungan dengan jaringan Zionis Internasional itu. Padahal, hubungan itu sudah berlangsung lama dan bukan mustahil karena itulah Yahya Cholil Staquf bisa terpilih sebagai Ketua PBNU.


Masalah tata kelola keuangan terdengarnya halus dan simpel. Tapi bisa jadi masalah itu sangat kasar dan rumit. Tata kelola keuangan tentu saja bukan uang kecil, melainkan uang besar. Baik hubungan dengan jaringan Zionis Internasional itu, maupun konsesi tambang dan kuota Haji yang tak terdengar lagi kabar beritanya.


Permintaan mundur dari Ketua Rais Aam kepada Ketua Tanfidziyah kesannya mempermalukan, kasar, dan sangat politis. Tapi bisa jadi itu justru permintaan yang penuh dengan nuansa kekeluargaan yang lembut demi menyelamatkan muka banyak orang dan umat Islam itu sendiri.


Penglihatan Ketua Rais Aam biasanya bukanlah penglihatan yang zohir atau bersifat duniawi semata, melainkan penglihatan yang lebih bersifat batin dan spritual. Kalau itu ditentang, maka bisa jadi mudaratnya akan datang lebih banyak dan tak hanya mengenai satu orang saja. Bahkan, bisa jadi umat itu sendiri.


Semua pihak dengan segala kepentingannya sedang menyaksikan bagaimana internal NU menyelesaikan masalah internalnya. Permintaan mundur dari Ketua Rais Aam kepada Ketua Tanfidziyah itu akan berjalan mulus, atau justru sebaliknya?


Kalau berjalan mulus, maka sulit bagi kepentingan pihak luar untuk masuk ke dalam NU. Tapi kalau tak berjalan mulus, maka bisa jadi kepentingan pihak luar akan menyerbu masuk ke dalam di luar kendali NU itu sendiri. Semua sedang stand by di pintu gerbang NU menunggu sikap dari internal NU itu sendiri.




(Direktur ABC Riset & Consulting)


Halaman:

Komentar