“So far selain Golkar dan PKS, memang sistem partai sangat terbuka, siapa saja boleh jadi ketua umum, siapa saja boleh jadi presiden partai,” ujarnya.
Menurutnya, partai yang didirikan atau dibangun dengan mengandalkan figur tertentu biasanya cenderung menurunkan kepemimpinan kepada tokoh yang memiliki hubungan darah dengan pendirinya.
“Nampaknya partai-partai yang didirikan atau mengkultuskan atau membawa ketokohan seorang biasanya akan menurun kepada tokoh-tokoh yang punya aliran darah biologis,” jelasnya.
Ia mencontohkan, di Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menurunkan kepemimpinan kepada putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tanpa penolakan berarti.
“Kalau gitu biasanya nggak ada protes karena memang dia adalah anaknya. Dan itu pun terjadi, kan Megawati sekarang tinggal Prananda ataupun Puan,” tandasnya.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Diundang ke Singapura Anteng aja, Jokowi akan Mendadak Sakit jika Dipanggil Pengadilan
Beredar Isu Pemakzulan Ketum PBNU hingga Gelar Rapat Internal dengan Rais Aam
Inkonsistensi Jokowi: Diminta Istirahat Dulu, Mangkir Sidang Ijazah, Kini Bertolak ke Singapura
Jimly Asshiddiqie Ungkap Marak Kasus Ijazah Palsu: Dipakai untuk Alat Persaingan Politik